Ajax Amsterdam hari ini merayakan ulang tahun yang ke-114. Cikal-bakal klub, sebagai Football Club Ajax, berdiri pada 1894, namun keberadaan mereka saat itu tidak lama.
Pada 18 Maret 1900 trio Floris Stempel, Carel Reeser, dan Han Dade, membentuk lagi klub dan pada akhirnya tanggal ini diakui sebagai tanggal resmi kelahiran Ajax.
Nama Ajax sendiri diambil dari pahlawan mitologi Yunani yang ikut berjuang dalam perang Troya. Konon, Ajax adalah prajurit terkuat kedua di seantero Yunani setelah sang sepupu, Achilles. Berbeda dengan Achilles, Ajax diriwayatkan mati karena bunuh diri dan itu artinya ia tutup usia tanpa pernah takluk dalam duel.
Di masa-masa awal, nama Ajax bertolak-belakang dengan kiprah klub, yang menghabiskan sepuluh musim perdana mereka di divisi II Belanda. Baru pada 1917 De Amsterdammers merengkuh trofi mayor pertama dengan menjuarai KNVB-Beker.
Prestasi tersebut lantas disusul dengan dua gelar beruntun Nederlands landskampioenschap voetbal (cikal-bakal Eredivisie) dalam dua tahun berikutnya. Setelahnya tim beralias De Godenzonen alias Putra-Putra Dewa ini mencicipi periode penuh kesuksesan pada 1930-an dan 1950-an.
Kejayaan Ajax meningkat hingga ke level tertinggi menyusul ditunjuknya Rinus Michels sebagai pelatih plus mengorbitnya Johan Cruyff dari akademi klub pada pertengahan era 1960-an.
Dengan talenta tingginya, Cruyff menerjemahkan dengan sempurna gaya Total Football yang diperkenalkan Michels dan dua sosok ini berperan vital dalam sukses Ajax tak hanya merajai pentas domestik, tapi juga Eropa dengan tiga trofi Piala Champions beruntun dari 1971 hingga 1973.
Ajax belakangan sulit berbicara banyak di kancah regional, tapi setidaknya hegemoni yang sempat terputus di Belanda -- Ajax pernah dilanda paceklik gelar Eredivisie sejak 2004 -- telah berhasil disambung kembali di bawah kepemimpinan Frank de Boer, yang mengarsiteki langkah tim merebut trofi juara liga berurutan dalam tiga musim terakhir.
0 komentar:
Posting Komentar